Ngawi adalah salah satu kabupaten yang bisa Anda kunjungi jika ingin berwisata seajarah. di kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur ini, ada sejumlah tempat wisata yang punya nilai sejarah yang tinggi. Diantaranya seperti Monumen Suryo, Benteng Pendem Van Den Bosch, Situs Radjiman
Wedyodiningrat, serta
Museum Trinil. Di Museum Trinil, sudah ditemukan ribuan fosil dari beragam makhluk hidup purba, baik
itu manusia, binatang, dan juga tumbuhan, sehingga pada akhirnya dibangunlah museum
Trinil sebagai tempat untuk memamerkan temuan tersebut.Museum Trinil berada
di kawasan pinggiran Sungai Bengawan Solo, tepatnya berada di Dusun Pilang, Desa Kawu,
Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Jaraknya kurang lebih 15 kilometer arah
barat Kota Ngawi.
Untuk bisa sampai ke lokasi museum ini, bisa
dicapai dengan segala kendaraan. Keberadaan dari museum kira-kira
masuk kurang lebih 5 km dari jalan raya utama, yaitu Jalan Raya
Ngawi-Solo. Tak ada yang beda saat memasuki kawasan ini. Rumah-rumah penduduk, lahan pertanian, serta sekolah tampak
sama dengan wilayah lain. Akan tetapi, yang menjadi pembeda hanyalah kawasan ini berada di tepian sungai. Sesudah menyusuri kawasan rumah warga setempat, akan tampak pintu gerbang museum yang terlihat sederhana dengan
pos retribusi yang menempel di salah satu sisi. Tiket masuk museum
Trinil terbilang sangat murah, hanya Rp 5.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 10.000
untuk wisatwan mancanegara. Di halaman museum, sengaja
dikonsepkan sebagai taman bermain yang lengkap dengan adanya patung-patung binatang purba.
Di halaman museum ada pula bangunan pendopo yang bisa dipakai
oleh wisatwan yang ingin beristirahat. Disamping itu, yang jadi
pokok utama pada halaman museum yaitu adanya tugu peringatan yang
dibangun oleh Eugene Dubois, seorang ilmuwan Belanda, sebagai tanda lokasi
dari ditemukannya fosil langit-langit tengkorak serta tulang paha dari Pithecantropus Erectus (manusia jawa) yang jadi andalan Museum Trinil.
Selanjutnya, saat memasuki museum, wisatawan akan langsung ada pada ruang
utama pameran yang dipenuhi oleh aneka fosil binatang dan tumbuhan
purba. Fosil tersebut ditata dengan baik di dalam lemari kaca yang dilengkapi dengan
papan informasinya. Diantaranya yang cukup menarik adalah fosil bagian tubuh gajah purba, banteng purba, kerbau purba dan lain-lain. Sayangnya, fosil tulang tengkorak dari manusia purbanya, yang
dipamerkan hanyalah duplikat, lantaran fosil aslinya sudah dibawa ke Belanda. Museum Trinil
Ngawi memliki koleksi fosil yang terbilang cukup banyak, dikatakan ada sekitar 1.500 fosil yang tersimpan di sana. Naman begitu, dari sekian fosil,
baru sekitar 1.000 fosil yang telah diteliti serta teridentifikasi yang dikarenakan terbatasnya tenaga ahli di museum ini. Sejak berdirinya di tahun 1991, Museum Trinil
tak memiliki tenaga konservasi maupun arkeolog yang dapat meneliti
setiap fosil yang telah ditemukan. Sangat disayangkan bukan? selain itu, museum ini juga sepi pengunjung, berbeda dengan
Jatim Park 2 di Malang yang selalu ramai pengunjung