Lamonganpos.com -
Sunan Giri mempunyai nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Beliau juga memiliki nama lain Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, serta Joko Samudro. Raden Paku lahir di Blambangan (saat ini Banyuwangi) pada tahun 1442 M. Beliau dikenal juga dengan nama Jaka Samudra lantaran dikaitkan dengan masa
kecil beliau yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya yang merupakan seorang putri raja
Blambangan, Dewi Sekardadu ke laut. Saat terapung-apung di laut, Raden Paku lantas dipungut
anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma). Ayah
Sunan Giri adalah Maulana Ishak, yakni saudara kandung Maulana Malik
Ibrahim. Maulana Ishak telah berhasil meng-Islamkan isterinya, namun gagal
untuk mengislamkan mertuanya. Oleh sebab itulah beliau lantas meninggalkan keluarga
isterinya dan kemudian berkelana sampai ke Samudra Pasai.
Saat masih kecil, Sunan Giri menuntut ilmu di pesantren misanannya, yakni
Sunan Ampel,
tempatnya Raden Patah belajar juga. Sunan Ampel sempat berkelana ke Malaka serta Pasai. Sesudah merasa cukup ilmu, beliau membuka pesantren di kawasan perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Di dalam bahasa Jawa, bukit
adalah “giri”. Maka beliau dijuluki dengan Sunan Giri. Pesantrennya tidak hanya digunakankan sebagai tempat pendidikan dalam
artian sempit, tetapi juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja
Majapahit diceritakan, lantaran khawatir kalau Sunan Giri akan mencetuskan pemberontakan, akhirnya
memberikan keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Sehingga pesantren tersebut pun berkembang jadi salah sebuah pusat kekuasaan yang disebut dengan Giri
Kedaton. Sebagai seorang pemimpin pemerintahan, Sunan Giri disebut pula sebagai
Prabu Satmata.
Giri Kedaton pun tumbuh jadi pusat politik yang penting di pulau Jawa kala
itu. Saat Raden Patah melepaskan dirinya dari Kerajaan Majapahit, Sunan Giri justru bertindak sebagai penasihat serta panglima militer Kesultanan Demak.
Hal itu tercatat di dalam Babad Demak. Setelah itu, Demak tidak lepas
dari pengaruh Sunan Giri. Beliau diakui pula sebagai mufti, yakni pemimpin
tertinggi keagamaan, se-Pulau Jawa. Giri Kedaton pun bertahan sampai 200 tahun. Salah satu penerusnya,
Pangeran Singosari, dikenal sebagai seorang tokoh pyang aling gigih dalam menentang kolusi
VOC serta Amangkurat II pada Abad 18. Para santri dari pesantren Giri pun dikenal sebagai penyebar Islam yang
gigih ke berbagai penjuru pulau, seperti Kangean, Bawean, Madura, Haruku,
Ternate, bahkan sampai Nusa Tenggara. Penyebar Islam di Sulawesi Selatan, Datuk
Ribandang serta dua orang sahabatnya, merupakan murid Sunan Giri yang berasal dari
daerah Minangkabau.
Dalam urusan keagamaan, beliau dikenal sebab pengetahuannya yang luas terhadap
ilmu fikih. Orang-orang kemudian menyebutnya juga sebagai Sultan Abdul Fakih. Beliau
juga pencipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak-anak seperti Jamuran, Jelungan, lir-ilir serta cublak suweng dikatakan merupakan kreasi
Sunan Giri. Demikian juga dengan Gending Asmaradana serta Pucung lagi bernuansa
Jawa tetapi syarat dengan ajaran Islam.