Lamonganpos.com - Saat baru sampai di lokasi wisata yang ada di desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten
Malang, kita akan disambuat hawa yang begitu dingin di kawasan ini. Tampak para pedagang yang jualan di sekitar halaman parkir
Wana Wisata Coban Rondo memakai pakaian tebal, melipat tangannya atau memasukkannya ke dalam saku sambil menghangatkan tubuh. Setibanya di parkiran, kita akan melanjutkan dengan jalan kaki memasuki wilayah yang memang sepertinya masih merupakan kawasan hutan yang sengaja ditata sebagai destinasi wisata.
Pada bagian tengah sudah telah diaspal dengan rapi sebagai jalan untuk masuk. Di samping kiri dan kanan pohon-pohon besar yang rimbun menelungkup menghalangi sinar matahari yang mencoba menembus sampai ke tanah menambah suasana jadi semakin sejuk dan dingin. Tidak lama setelah berjalan masuk, biasanya akan banyak monyet liar yang berkeliaran. Hal yang wajar sebab kawasan ini memang masih berupa hutan, sehingga hewan primata tersebut dibiarkan saja bebas. Namun sebaiknya Anda mesti hati-hati bila bertemu dengan monyet-monyet ini sebab mereka seringkali bandel dan mengambil barang yang dibawa oleh para wisatawan. Setelah berjalan cukup lama menikmati perjalanan, kita akan disambut oleh pintu masuk yang tuliskan "Wana Wisata Coban Rondo" sebagai tanda bahwa wisata air terjun di Malang yang kta tuju akan segera sampai.
Yang menarik dari wisata air terjun Coban Rondo di Malang adalah legenda yang ada dibaliknya. Cobandalam bahasa setempat artinya adalah air terjun, sementara Rondo adalah janda. Mendapat nama seperti itu karena tidak lepas dari kisah yang ada di tempat ini pada masa lalunya. Dikisahkan, asal mula coban Rondo berasal dari kisah sepasang pengantin yang baru saja menikah. Yaitu Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi yang menikah dengan Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro. Pada waktu pernikahan mereka usianya menginjak 36 hari atau dalam bahasa jawa disebut selapan, Dewi mengajak suaminya, Baron untuk berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Di dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan Joko Lelono yang ternyata terpikat kecantikan Dewi Anjarwati. Dan akhirnya perkelahian punt tak dapat dielakkan antara Joko Kelono dengan Baron Kusuma. Kepada punakawan yang pada waktu itu menyertai Baron, Dia berpesan untuk menyembunyikan Dewi Anjarwati di sebuah tempat yang terdapat coban (air terjun) nya. Sementara perkelahian antara keduanya tersebut mengakibatkan sama-sama tewas. Dengan begitu, Dewi pun jadi janda (Rondo) dan sejak kala itu tempat yang ditinggali Dewi Anjarwati menanti suaminya itu dikenal dengan nama coban rondo.
Mungkin tidak banyak pengunjung yang tahu mengenai legenda Dewi Anjarwati terlebih bagi mereka yang pertama datang ke Coban Rondo. Konon batu besar yang berada di bawah air terjun jadi tempat duduk Sang Dewi untuk menanti kedatangan suami yang nyatanya tidak pernah datang. Sementara hawa dingin yang serasa menembus tulang bagai mewakilkan kepedihan hati Dewi saat itu. Selang beberapa menit saja ada di dekat curahan air terjun, pastikan Anda akan menggigil meskipun sudah memakai baju hangat. Cucuran air beitu deras turun bagaikan membelah tebing bebatuan dengan hawanya yang sangat dingin. Air yang jatuh akan mengaliri bongkahan batu di sungai sampai terbawa ke hilir. Dengan ketinggian 84 meter, tetesan air terjun pun akan memercik sampai beberapa meter jauhnya.